Rabu, 18 September 2013

Profil dan durasi Noken As / KEM


image
<!-- [if gte mso 10]>


Durasi Kem / Batasan Durasi Kem


Korek mesin motor,Durasi adalah waktu yang diukur dalam derajat kruk as.m Maksud dari durasi klep buat

para mekanik balap adalah untuk membuat lama bukakan klep,terlalu lama juga

mesin jadi drop. Baik dimana klep in atau ex sedang terbuka, Pada saat mesin

meningkat, mesin sering mengalamiputaran dmn kesulitan mengisi silinder dengan

pasokan udara / bahan bakar dalam waktu singkat saat klep in membuka. Hal yang

sama terjadi saat membuang gas sisa pembakaran. Jawaban atas masalah ini

membuat klep in membuka lebih lama, yang berartimemperbesar durasinya untuk

memaksimalkan saat langkahbuang, banyak peracik kem extrim memulai klep membuka

mendekati posisi saat piston berada di tengah-tengah langkah usaha.


Ini terlihat akan mengurangi tenaga yang

dihasilkan. Tapi idenya adalah membuat klep ex sudah terbuka penuh saat piston

berada di TMB akan melakukan langkah buang. Selama langkah usaha, letukan bahan

bakar sudah menggunakan sekitar 80% dari tenaga untuk menendang piston turun

saat kruk as baru berputar 90° saat piston berada di tengah proses

turun.Separuhnya lagi membieffek yang sedikit menambah tenaga, dan akan lebih

baikjika dimanfaatkan untuk membuang gas sisa pembakaran sehingga untuk yang

terhisap masuk akan lebih bersih nantinya.


Penggunaan rumus:

Missal

untuk mesin 110 cc dan 200 cc.
Untuk mesin 110 cc klep isap membuka 34-35° sebelum TMA(Titik Mati Atas). Dan menutup
58-60° sesudah TMB(Titik Mati Bawah). Sedangkan untuk klep buang, membuka 57-59° sebelum TMB(Titik Mati Bawah), dan menutup 31-33 setelah TMA(Titik Mati


Bawah).
Untuk mesin 200 ccklep isap membuka 28° sebelum TMA dan menutup 63-65° setelah TMB
dan menutup 28-29° setelah TMA.Apabila klep buka 25-38° sebelum TMA dan menutup 50-70° setelah TMB, UNtuk klepbuangnya sendiri membuka 50-70° sebelum TMB dan menutup 25-38° setelah TMA, batasan yang dapat diberikan 260-280°. Makin kecil durasinya makin bagus untuk
trek pendek,tenaga bawah lebih ngis. Cocok untuk karakter skubek yang perlu tarikan awal yang lebih responsive.

Durasi Cam

Diukur pada bukaan klep/angka dial gauz Menunjuk pada 0,050 inchi/1,27mm
Klep mulai membuka 0,15mm dan hampirmenutup 0,15mm

Durasi noken as Yamaha vega
Intake
membuka 27° sebelum tma,menutup 35° setelah tmb
Exhause
membuka 55° sebelum tmb,menutup 29° setelah tma


Noken As / kem Racing Pabrikan

image
<!-- [if gte mso 10]>
Noken As / kem Racing Pabrikan

korek motor,Banyak mekanik hanya beli langsung Noken As yang sudah racing dari pabrikan,ini biasanya karena malas riset, kurang ilmu Noken As, takut gagal, dan ngirit biaya.Banyak merk Noken As racing / kem racing beredar di masyarakat.Banyak pilihan berbeda,bahkan satu merk juga menawarkan pilhan-pilihan berbeda-beda pula.
Karena itu kami coba memberikan keterangan-keterangan yang bisa membuat anda mengerti tentang pilihan dalam memilih Noken As / Kem yang sesuai dengan karakter motor anda.
Contoh-contoh Noken As racing Pabrikan :

KAWAHARA
Ada tiga tipe       : tipe K1
                                : tipe K2
                                : tipe K3
Untuk K1 dan K2 biasa dipakai racing harian,lift, overlap dan LSA tidak terlalu ekstrim.Sedang untuk K3 untuk racing Ekstrim.
DATA KAWAHARA K1
                Klep in(durasi)   :16+180+47 = 237 derajat
                Klep ex(rurasi)  : 53+180+13 = 239 derajat
                Lif in                       : 8 mm
                Lift ex                    : 8 mm
                LSA                         : 98 derajat
                Harga                    : 350 ribu
DATA KAWAHARA K2
Klep in(durasi)   : 11+180+57 = 248 derajat
                Klep ex(rurasi)  : 41+180+31 = 252 derajat
                Lif in                       : 8,75 mm
                Lift ex                    : 8,56 mm
                LSA                         : 103 derajat
                Harga                    : 400 ribu
DATA KAWAHARA RACING ONLY
Klep in(durasi)   :28+180+ 60 = 268 derajat
                Klep ex(rurasi)  : 60+180+31 = 252 derajat
                Lif in                       : 10,33 mm
                Lift ex                    : 8,89 mm
                LSA                         : 113 derajat
                Harga                    : 600 ribu

TDR
Noken As / Kem TDR racing memang pantas untuk harian dan Racing, Durasi dan LSA sangat aman dalap overlap sehingga tidak saling bentur antar klep.Bahkan untuk klep lebar sekalipun.
DATA Noken As / Kem TDR
                Klep in(durasi)   :13+180+45 = 238 derajat
                Klep ex(rurasi)  : 41+180+22 = 243 derajat
                Lif in                       : 8,4 mm
                Lift ex                    : 7,93 mm
                LSA                         : 94,5 derajat
                Harga                    : - ribu

MARATHON
  Noken As / Kem keluaran Mitra2000 sangat laku dipasaran.
DATA Noken As / Kem New Marathon
                Klep in(durasi)   :16+180+50 = 246 derajat
                Klep ex(rurasi)  : 41+180+9 = 230 derajat
                Lif in                       : 7,78 mm
                Lift ex                    : 7,53 mm
                LSA                         : 112,5 derajat
                Harga                    : 250 ribu

NEW CLD
Hampir mirip marathon, bahkan lebih bagus mendongkrak power dari pada marathon. CLD singkatan dari ciledud atau Champion leader development. Kem atau Noken as ini lebih keras atau setara dengan Noken As standart pabrikan.
Klep in(durasi)   :17+180+48 = 245 derajat
                Klep ex(rurasi)  : 49+180+13 = 242 derajat
                Lif in                       : 7,82 mm
                Lift ex                    : 7,82 mm
                LSA                         : 105 derajat
                Harga                    : 400 ribu

HRP
HRP(Hendriyansyah Racing Produk) buatan pentolan pembalap nasional Hendriyansyah. Durasi kem ini mirip kem CLD, yang mempunyai karakter halus untuk di pakai harian. Enak untuk trek pendek
                Klep in(durasi)   :18+180+43 = 238 derajat
                Klep ex(rurasi)  : 49+180+13 = 252 derajat
                Lif in                       : 7,35 mm
                Lift ex                    : 7,33 mm
                LSA                         : 102 derajat
                Harga                    : 300 ribu

Aplikasi Karburator Suzuki Satria FU DI Yamaha Nouvo Z


OTOMOTIFNET - Ada seorang pembaca yang mengeluh soal performa dapur pacu Yamaha Nouvo Z miliknya yang bermasalah. Yakni tarikan motor terasa lambat dan ada gejala mbrebet. Kecurigaan Adhe, sumber masalah datang dari sistem auto choke di karburator yang tidak bekerja dengan baik.

“Saya sempat tanya ke mekanik, katanya Nouvo Z memang ada kelemahan di karburator lantaran menganut sistem cuk otomatis. Beberapa temannya menyarankan untuk mengganti karburator pakai punya Suzuki Satria FU. Apa positif dan negatif penggantian karburator tersebut?” tanya Ade via email.

Gbr 1

Gbr 2

Gbr 3

Gbr 4
Oh iya, perlu diketahui terlebih dulu bahwa karburator standar Nouvo Z adalah Mikuni BS25 dengan sistem cuk otomatis. Sementara punya Satria FU adalah Mikuni BS26 dengan sistem cuk model tarik pakai kabel.

Nah, menurut Maman Sugiman, kepala instruktur Hartomo Mechanical Training Center (HMTC) Depok, Jabar, umumnya penggantian karburator berdiamter venturi lebih gede dari standar, bisa memperbaiki atau menambah performa mesin. “Dengan catatan, settingan yang dilakukan pada karburator pengganti itu tepat. Seperti ukuran spuyer, setelan angin dan sebagainya,” terang Boim, sapaan akrabnya.

Namun biasanya penggantian karburator, apalagi yang konstruksinya berlainan kayak punya Satria FU (meski sama-sama tipe BS), butuh ubahan yang tidak sedikit. “Bisa sih bisa, tapi mesti ada beberapa hal yang mesti disesuikan. Antara lain kalau ingin mengaktifkan choke manualnya, mesti tambah mekanisme penarik choke (gbr.1) kayak di Nouvo model lama (Sporty),” ujar Boim.

Selain itu, lantaran diameter luar venturi karburator yang menuju karet intake manifold milik Satria FU lebih besar 3 mm (gbr.2) dari karbu standar (34 mm), maka mau tidak mau mesti memangkas (bubut) sedikit diameter luar venturi tersebut atau menipiskan sedikit diameter dalam karet intake (gbr.3).

Belum cukup sampai di situ, setelah karburator terpasang, giliran memikirkan posisi kabel gas yang terpasang pada karburator. Punya Satria FU, posisi kabel gas pada karburator letaknya di atas sebelah kanan. Sementara bawaan Nouvo/Nouvo Z adanya di samping kiri.

“Kalau pakai karbu Satria FU, mau tak mau mesti cari kabel gas yang ujungnya pakai pipa bengkok (gbr.4). Atau bisa juga diakali pakai selongsong kabel choke punya Nouvo/Nouvo Z sendiri. Itu pun cover dek tengah atas harus dilepas bila tak ingin kabel gas mentok. Agak repot memang,” tukas pria asli Kuningan, Jabar ini.

Masih kata Boim, paling gampang dan tidak butuh ubahan banyak lebih baik pakai saja karbutor Nouvo yang lama (Sporty)."Paling cuma nambah kabel choke dan mekanisme penariknya. Bisa juga choke-nya dinonaktifkan, tapi biar mesin mudah hidup waktu dingin, pilot jetnya ganti yang lebih gede 1 step," tutup pria kelahiran 1982 ini.

Lumasi Puli Skutik, Lebih Licin Lebih Lancar


Jakarta - Lancarnya sistem transmisi tentu membuat pengendaraan semakin nyaman. Tak hanya itu, konsumsi bahan bakar pun lebih optimal, karena hambatan tenaga dari mesin ke roda berkurang. Pada skutik ada beberapa bagian di transmisi CVT-nya yang perlu mendapat perawatan.

Terutama di bagian-bagian yang bergesekan seperti pada puli-puli dan belt. Tetapi ada lagi bagian yang di dalamnya terdapat peranti yang bergesekan dan memerlukan pelumas di bagian tersebut. Seperti di bagian slider di puli.

"Perawatannya dengan memberikan gemuk di bagian yang bergerak," tutur Santoso, dari bengkel Suzuki Meruya Ilir.


Bagian ini ada di balik kopling ganda alias ada pada puli sekunder. Slider ini akan bergeser pada daya sentrifugal tertentu, sehingga belt akan bergeser dan membuat rasio yang berubah untuk memberikan percepatan berbeda pada roda belakang.

Setelah dibuka, mulai dari rumah kopling dan kopling gandanya, akan tampak beberapa bagian, mulai puli, per CVT dan kopling gandanya (gbr.1). Setelah bagian itu terlepas semua, kemudian copot penutup slider dengan cara mengungkitnya (gbr.2).

Kemudian, copot pen pengunci menggunakan tang (gbr.3), lantas dilanjutkan dengan Setelah terlepas bagian tersebut dicuci dulu, menggunakan bensin atau cairan lain yang mampu merontokkan gemuk lawasnya (gbr.4).


Setelah bersih dan dikeringkan, pasang kembali pen pada kedua bagian puli tadi (gbr.5). Dilanjutkan dengan mengoleskan gemuk di celah yang ada, masukkan cukup gemuk ke dalamnya, lalu coba gerakkan bagian tersebut hingga terasa lancar (gbr.6). Terakhir pasang kembali penutup slider dengan menekannya masuk.

Nah, rangkai kembali bagian-bagian ini sehingga terpasang rapi kembali. Dengan gemuk baru, hambatan gerak pun jadi berkurang, bagian-bagian yang bergesekan pun akan lebih awet, karena gemuknya lebih bersih. (motorplus.otomotifnet.com)

Perawatan Motor Injeksi, Menang Waktu Singkat!



Jakarta - Dibanding tipe karburator, motor injeksi sebagai alat penyuplai gas bakar terbukti jauh lebih mudah dalam hal perawatan. Bahkan waktu pengerjaannya pun terbilang singkat. Sehingga buat pemilik motor tipe ini yang aktivitasnya tinggi, sangat diperbolehkan menggunkannya.

Apalagi dalam rangkaian tulisan di sebelah, ongkos perawatan motor injeksi masih setara dengan yang tipe karburator. Di mana proses perawatan tunggangan tipe ini, mekanik diwajibkan untuk memeriksa kebersihan bagian dalamnya serta lubang-lubang alirannya.

Seperti dikatakan Zahid, service advisor DDS Cempaka Putih yang berlokasi di Jl. Raya Cempaka Putih, Jakarta Timur. Untuk tunggangan yang baru aja jalan 500 km, 2.000 km sampai 4.000 km, biasanya motor injeksi hanya lakukan pemeriksaan komponen seperti busi, kerengangan klep, putaran stationer dan bersihkan filter udara setelah 2.000 km hingga selanjutnya.

Sedangkan yang musti diganti setiap servis setelah motor menempuh jarak 1.500~2.000 km adalah pelumasnya saja. Adapun pemeriksaan di luar bagian mesin tiap servis, di antaranya rantai penggerak roda, rem, arah sinar lampu utama, sein dan lampu rem. Ditambah lagi cek kekencangan buat roda maupun bantalan kemudi.

“Tahap pekerjaan itu memang biasa dilakukan mekanik pada umumnya. Cuma bedanya motor injeksi, enggak perlu bongkar-pasang karburator. Belum lagi kalau peranti ini posisinya sangat sulit. Butuh waktu pengerjaan yang lebih lama dari biasanya," lanjut Zahid.

Begitupun jika perjalanan motor injeksi lepas dari angka 4.000 km. Perawatan tetap masih lebih ringan dibanding komponen pengkabut gas bakar konvensional. Meskipun dalam prosesnya dibutuhkan ketelitian pada saat pengecekan per bagian. Sebab, terkadang proses pemeriksaan dibutuhkan keahlihan khusus lantaran butuh alat pendukung bila memang ingin direset atau cek kondisi komponen elektroniknya.

Contoh saat pemeriksaan komponen pada aliran bensin, injektor hingga peranti pendukung injeksi. Dimulai dari pengecekan pompa bensin dengan cara mendengarkan suaradesingannya. Kalau enggak normal, bisa jadi filter pompa bensin kotor.

“Tapi, kalau putaran mesin mulai enggak normal, biasanya injektor minta dibersihkan cairan khusus. Nah, pada saat mengecek soket kabel kelistrikan injeksi dan peranti lainnya biasanya butuh alat pendukung khusus pemeriksaan,” timpal Tono P. kepala mekanik AHHAS Honda Dunia Motor di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Cuma khusus pemeriksaan injektor dan cek alat elektroniknya, lebih baik dilakukan di bengkel resmi yang menyediakan pelayanan itu. Biar tidak salah analisis maksudnya.

Fullwaving Kawasaki Ninja 150R


Ini diagram pengisian (charging) & pengapian (ignition) standar pada Ninja 150R …

Sama seperti lainnya, modifikasi “fullwave” Ninja 150R harus meng-unground-kan kawat spul yang nyantol ke rangka/bodi/massa. Pada diagram di atas saya tandai sebagai “grounded spul” yang nyantol di bodi spul pengapian.

Setelah dilepas, selanjutnya tinggal disambungkan dengan kabel tambahan untuk dijadikan jalur pengisian (sama seperti kabel PINK) langsung menuju kiprok/regulator fullwave.

Jalur spul lampu juga harus dilepas dari soket dan nggak boleh terhubung dengan jalur lampu di kabel bodi. Karena rencananya lampu bakal ngambil suplai dari aki, jadi listrik DC (dari aki) nggak boleh “nyampur” dengan listrik AC (dari spul) supaya spul nggak hancur terbakar :D

Kalo bagian alternator sudah kelar dimodifikasi, tinggal instalasi regulator/kiprok fullwave dan sedikit modifikasi jalur-jalur kabel. Instalasi & modifikasi jalur kabel bisa ikuti skema di bawah ini:


Selesai ;)

Cara Membuat Vixion Karburator


langkah - langkah membuat vixion jadi karburator :

1. persiapkan part2 yang dibutuhkan diantaranya :
    a. karburator (saya memakai karburator pe28 t.tp bisa jg pakai rx king atau ninja)
    b. Cdi ( saya menggunakan cdi mio 5tl,lebih enak pk cdi jup.mx tapi pakai cdi racing/non limit )
    c. Soket cdi
    d. kabel untuk membuat kabel body baru,,jadi tidak merusak yang original
    e. selang bensin
    f. kran bensin

2. pertama ganti magnet dg jup mx,lalu pindah pulser untuk mendapatkan pengapian dari koil dan cdi,atau jg bisa mengubah ato menambah tonjilan yang ad d magnet vixion kalo kalian gag sayang,,hehe



3. Untuk penggunaan magnet pny vixion ubah pick up coil yang nempel dibak mesin kiri gampang carannya agar sejajar dengan tonjolan baru yaitu lepas 2 baut pengikatnya trus dibalik posisi si pick up coil agar lebih kedalam.



4. merangkai cdi dengan membuat kabel baru, pny saya mgunakan cdi mio 5TL,




4. Koil yang digunakan adalah koil motor cdi, ada beberapa koil yang sudah dicoba diantaranya koil kitaco dan koil shogun 110. setelah dikomparasi tenaga terasa ringan dengan koil racing.
kalo pny saya hanya menggunakan koil dari mtr standar,



5. membuat saluran bensin dari tangki,kalo gag sayang dg fuel pumb ya tinggal copot fuel pump trus potong pipa hitam yang ada di fuel pump bensin akan mengalir dengan sendirinya.tapi kalo saya mending bwt  plat bwt nutup lubang fuel pump ny,,daripada besok repot balikinnya.







6. manifold,untuk  manifold pakai saya orinya vixion trus pada lunbang injektornya ditutup dengan lem plastic stell,kalau tidak ya pakai manifold mtr lain



7. pemilihan karburator
  karburator lebih baik yang bermerk sekalian biar mudah d stell,karbutaor semakin besar semakin bagus,,karena saya menggunakan pe28 tarikan mantap dari awal sampai akhir top speed.

   itu adalah cara yang saya aplikasikan di motor saya,,mengenai biaya sekitar 1 jt an,,karena bnyak part" sekend :D

Waspada Pakai CDI Shogun



 
Sampai
sekarang, banyak yang masih latah menggunakan CDI Suzuki Shogun 110. Katanya bebas limiter dan paling simpel. Padahal tidak tahu alasan teknisnya. Kenapa?

Perlu diwapadai, asal pakai atau caplok itu bahaya. Walau bebas limiter, tapi pengapian bisa kelewat maju. Piston bisa bolong, karena piston sedang naik, bunga api meletik lebih awal. Akhirnya piston beradu dengan ledakan. Bisa pecah.

Misalkan CDI Shogun 110 dipasang di Honda Karisma. Ketika putaran menengah ke atas, timing pengapian mencapai 53 sebelum TMA. Sangat advance atau kelewat awal. Piston bisa bolong.

Padahal, pengapian Shogun 110 standar, timing terbesar 29 sebelum TMA. Dipakai di Karisma sangat jauh majunya. Untuk itu harus tahu cara kerja dan modifikasinya supaya Karisma bisa pakai CDI Shogun dan aman.

Menurut Herianto, cara kerja CDI Shogun 110 masih analog. Sehingga sangat mudah seting timing pengapian secara mekanis. “Mekanik awam juga bisa melakukan,” jelas Herianto yang Technical Service CDI  BRT ini.

Derajat timing pengapian bisa diatur lewat panjang pick up pulser. Tonjolan pick up pulser bisa dilihat di mangkuk magnet. Di Shogun panjangnya hanya 14 mm. Kalau Karisma 38 mm.

Ketika langsam sampai dengan putaran mesin mencapai 2.500 rpm, timing pengapian hanya 15 sebelum TMA.

Angka 15 didapat dari jarak ujung tonjolan belakang pick up sampai posisi pulser 15 mm atau 15. Lebih jelas lihat (Gbr. 1). Bisa mudah dibaca?

Pada putaran mesin lebih dari 2.500 rpm, timing pengapian akan bertambah. Yaitu 15° ditambah panjang pick up atau tonjoan Shogun yang 14 mm. Berarti timing jadi 15 + 14 = 29 derajat.

Bayangkan kalau dipasang di Karisma yang punya tonjolan pick up 38 mm. Jadinya timing pengapian 15° + 38° = 53° sebelum TMA. Sangat maju sekali dan harus dimodifikasi. 

Modifikasi tergantung kemauan dari mekanik. Misalkan timing pengapian masih tetap seperti Shogun 110. “Maka panjang tonjolan pick up di magnet Karisma harus dipotong,” saran Heri yang beken dipanggil Bombom itu.

Bagian mana pick up yang dipotong? Agar tidak salah kaprah perhatikan arah putaran mesin. Nah, tonjolan yang dipotong atau diratakan bagian depan. Kalau dilihat bagian sebelah kiri.

Untuk meratakan tonjolan pick up, bisa menggunakan gerinda. Panjang pemotongan bisa dihitung.  Panjang pick up Karisma dikurangi panjang pick up Shogun 110. Jadinya panjang yang dipotong 38-14 mm = 24 mm.

 Pick up yang di potong bagian depan (kiri). Panjang pick up pulser. Dimodif sesuai derajat di mau. Tapi hanya untuk CDI Analog (kanan)
Dengan begitu, timing pangapian akan menjadi 15 + 14 = 29 derajat. Tapi, bagaimana jika pengapian kepingin lebih maju lagi. Seperti CDI racing misalnya jadi 32 mm.

Sangat gampang sekali. Tinggal dikalkulasi dengan cara sederhana. Timing awal atau langsam 15°, agar jadi 32 tinggal ditambah dari panjang pick up. Jadinya panjang pick up harus dibuat menjadi 17 mm.

Jangan Terbalik
Sebenarnya sayang kalau motor yang baru kembali lagi menggunakan CDI Shogun. Itu bisa dibilang sama seperti kembali lagi ke zaman dulu.

Untuk menghilangkan limiter, caranya bisa menggunakan CDI yang unlimiter atau racing. Karena sekarang sudah dijual murah. Bahkan lebih murah dari CDI Shogun standar.

Misalkan CDI Varro yang promosinya unlimiter. Walau kurva pengapian sama dengan standar namun tetap lebih maju dibanding CDI Shogun yang perubahan timingnya hanya sedikit. 

Yang dimaksud sedikit timingnya hanya 15 di rpm bawah dan 29 lewat dari langsam. Kurvanya akan begitu sampai rpm tinggi. Ini tidak menguntungkan, padahal di motor sekarang bisa berubah setiap 3.000 rpm

 Selain itu, juga bisa merusak magnet. Sebab pick up atau tonjolan di magnet harus digerus. Kalau dikembalikkan lagi ke versi standar jadi lebih susah. Tetap CDI racing lebih fleksibel karena bisa diprogram.

Kurva Sederhana
Pada CDI analog, memang susah dibikin beberapa step pengapian. Timingnya hanya terbatas untuk langsam dan putaran tinggi. 

Seperti CDI Shogun 110. Pada saat langsam, timing pengapian 15 sebelum TMA. Pada putaran menengah dan rpm tinggi stag di 29. Akan turun di rpm lebih dari 11.000.

Tidak seperti CDI digital yang banyak dipakai di motor sekarang. Timing pengapian bisa dibuat beberapa step. Bisa diprogram setiap 500 atau bahan 100 rpm bisa dibuat berubah.

Makanya CDI analog ditinggalkan oleh pabrikan motor sekarang.  Ciri CDI analog ini pada ukuran pick up pulser, sangat pendek. Seperti Suzuki Shogun 110 punya panjang pick up hanya 14 mm.

Berbeda dengan motor yang mengnut CDI sudah digital. Seperti Karisma panjang pick up 38 mm. Yamaha Jupiter-Z atau Mio 57,5 mm. Ini yang membuat bisa diprogram dalam banyak step.

Fulwaving Honda Beat


Modifikasi kelistrikan fullwave pada Honda Beat gampang-gampang susah. Gampang sebenarnya sih, tapi susah jika nggak punya peralatan yang memadai untuk bongkar pasang. Sistem kelistrikan fullwave mengharuskan untuk memisah ground AC dan ground DC, dan mem-floating ground AC. Sementara ground AC sendiri diletakkan di bodi statorStator sendiri berada di balik flywheel magnet. Jadi mau nggak mau harus bongkar stator dulu :)


Alternator Honda Beat terletak di sebelah kanan, di sisi knalpot … tepatnya di balik kipas pendingin mesin.

Setelah membuka cover kipas dan kipasnya, lanjutkan dengan membongkar flywheel magnet. Untuk yang satu ini musti punya alat khusus, yaituflywheel puller atau dikenal sebagai treker magnet
Selanjutnya tinggal membongkar stator …
Nah, lepaskan kawat tersebut dari tab ground … bisa pake solder, bisa dipotong :-D Sementara kabel hijau biarin aja … itu adalah jalur ground untuk pulser.
Kemudian tambahkan kabel ektra … usahakan agak panjang (di sini saya pakai kabel warna cokelat), ukuran paling tidak sama dengan kabel spul, dan yang penting tahan panas :-)
Sambungkan ujung kabel ekstra ini dengan ujung kawat yang telah dicabut tadi … Jangan lupa tutup/isolasi sambungan tersebut dengan heat-shrink atau selang bakar agar tidak konslet dengan yang lainnya.
Rapikan kembali supaya nggak tersambar flywheel magnet yang bakal berputar kencang …

Sekarang perhatikan soket kabel yang menuju stator … di situ ada 3 jalur kabel: putih (spul pengisian/charging), kuning (spul lampu), dan biru-kuning (jalur pulser, untuk sinyal timing pengapian). Spul lampu nggak digunakan lagi, jadi lepaskan kabel kuning dari soket kabel tadi, lalu isolasi agar nggak mudah konslet ke mana-mana.
Sudah? Pasang kembali stator ke tempatnya semula … sekarang kita lakukan tes sedikit tuk meyakinkan modifikasi sudah benar atau belum :D
Ambil multimeter (saya pakai yang digital), set ke range “continuity” … multimeter bakal berbunyi beep kalau kedua probe/tester merah & hitam saling disentuhkan.
Dari soket stator, pasang masing-masing probe multimeter pada jalur kabel putih dan kabel ekstra. Multimeter HARUS berbunyi. Jika tidak, pertanda ada salah satu jalur yang putus, atau kemungkinan terburuk, kawat spul yang putus!
Lanjut, sekarang antara kabel putih dan ground/rangka … multimeter harus TIDAK berbunyi. Begitu juga antara kabel ekstra dengan ground/rangka. Jika berbunyi, kawat spul masih terhubung dengan ground, berarti modifikasi fullwave belum berhasil.
Nah, setelah lulus uji, stator tersebut siap menjadi stator fullwave — alias, nggak ada sedikit pun kawat kumparan yang terhubung dengan ground/rangka …

Well, setelah berhasil, kita akan lanjut k proses setting kiprok :)
Kini saatnya mengganti regulator (kiprok) bawaan motor dengan regulator fullwave. Di sini saya memakai regulator milik Honda Tiger. Harga regulator ini sekitar Rp 250rb (branded AHM). Atau bisa menggunakan regulator Tiger produk lain (non-AHM) yang hanya berharga Rp 80rb.
Regulator Tiger berukuran sedikit lebih lebar dibanding regulator bawaan Honda Beat. Jadi pinter-pinter menentukan lokasi pemasangannya :)Usahakan nggak jauh dari posisi alternator dan aki, biar irit kabel, huehuehue :D
Nah, regulator ini memiliki 5 pin/kaki/terminal … 3 pin di atas (kita urut menjadi pin #1, #2, dan #3) dan 2 pin di bawah (kita urut menjadi pin #4 dan #5). Jangan lupa soket kabel untuk regulatornya … bisa dibeli di toko-toko elektronik atau toko onderdil mobil. Biasanya dikenal dengan sebutan “soket 6-kaki baring”. Atau bilang aja soket kontak mobil.
Nah, sebelum instalasi jalur kabel, jangan lupa cabut fuse 15A atau lepas kabel terminal “+” aki agar nggak terjadi short/konslet secara nggak sengaja.
Oke. Perhatikan lagi kabel-kabel dari stator … Di situ terdapat 3 kabel standard (putih, kuning, dan biru-kuning), plus satu kabel ekstra (cokelat). Kabel kuning nggak digunakan karena sudah dilepas dari soket kabel dan diisolasi, sementara kabel biru-kuning nggak diganggu gugat (ini jalur positif pulser yang mengatur timing pengapian di CDI). Kabel putih masih duduk manis di soket stator. Jadi sisa kabel ektra (cokelat yang belum terpasang) … inget, kabel ekstra ini sama seperti kabel putih, yaitu sebagai jalur pengisian (charging).
Nah, di soket regulator lama ada 4 kabel terpasang, yaitu: jalur positif aki (kabel merah), jalur ground (kabel hijau), jalur pengisian (kabel putih), dan jalur lampu (kabel kuning).
Dari soket lama tadi, pindahkan kabel merah ke pin #1 regulator Tiger. Lanjut, pindahkan kabel hijau ke pin #3 regulator Tiger. Lanjut lagi, pindahkan kabel putih ke pin #4 regulator Tiger.
Untuk kabel kuning, gabungkan dengan jalur output kunci kontak (kabel hitam, bisa diambil dari fuse 10A) dan pindahkan ke pin #2 regulator Tiger. Pin #2 merupakan jalur “voltase referensi”. Di sini kita bakal memonitor tegangan aki melalui jalur “+” output kunci kontak — kunci kontak terhubung dengan jalur positif aki melewati fuse 10A. Jadi fungsi monitoring aktif jika kontak pada posisi ON.
Sementara jalur lampu (lampu utama & lampu senja) mengambil suplai listrik dari aki melalui jalur output kunci kontak. Itulah kenapa kabel kuning tadi kita jumper dengan kabel hitam dari output kunci kontak. Dengan begitu lampu hanya bisa dinyalakan jika kunci kontak pada posisi ON.
Nah, sisa satu pin lagi … Inget kabel ekstra dari stator? Sekarang pasang kabel ini LANSUNG ke pin #5 regulator Tiger (boleh bolak-balik dengan kabel putih, pin #4). Maksudnya “LANGSUNG”, jalur ini nggak boleh numpang ke jalur lain … jadi dari spul langsung ke regulator. Itulah kenapa saya minta gunakan kabel ekstra yang rada panjang :)
Skema pemasangan secara lengkap bisa dilihat di bawah:
Sudah terpasang semua? Sekarang coba hidupkan mesin motornya … Fuse aki (15A) dan/atau kabel terminal aki jangan dipasang dulu. Kemudian nyalakan mesin motor dengan starter kaki (engkol). Bisa menyala? Ok, matikan! Berarti modifikasi alternator dan regulator fullwave berfungsi dengan baik.
Sekarang pasang kembali fuse 15A dan/atau kabel terminal aki yang dilepas tadi. Kemudian ON-kan kunci kontak dan nyalakan lampu utama. Jika menyala, berarti jalur lampu terpasang dengan baik. Ok, matikan lampunya :D
Lanjut, ukur voltase di terminal aki menggunakan multimeter. Perhatikan angka di multimeter … itu menunjukkan nilai voltase aki (biasanya kisaran 12.3~12.8V). Kemudian nyalakan kunci kontak dan mesin (boleh pake starter elektrik, boleh pake starter engkol). Lihat lagi angka di multimeter. Nilainya harus lebih tinggi dari 12V … kisaran 13~15V, pertanda output regulator mengambil alih suplai listrik.
Kemudian nyalakan lampu utama … biasanya voltase bakal turun mencapai 12V atau kurang dikit … ini normal. Lanjut putar gas sedikit (kira-kira setara dengan berjalan pada kecepatan 30~40 km/jam). Nilai voltase bakal naik hingga maksimal 14.5~15.6V … artinya ada suplai dari output regulator. Nilai ini nggak boleh >16V (baik kondisi tanpa beban maupun beban penuh) karena beresiko “menyiksa” aki dan komponen elektrik lainnya, termasuk CDI! Jika output regulator >16V, periksa jalur voltase referensi terpasang dengan baik … atau … dengan terpaksa ganti regulator :) Dan pada kondisi beban penuh, voltase juga nggak boleh kurang dari 12.8V. Kurang dari itu, aki bakal tekor karena tidak terisi (charge) dengan baik.
Selesai! :)

Panjang Pick Up Pulser dan Pin Koneksi



Pin KonekSi Cdi




  Daftar Panjang Pick Up Pulser
No Model Type Panjang Tonjolan
(mm)
Type Sinyal / Pulsar  Sistem
Pengapian
 1 Honda Supra / Legenda  11.3 Single - Positif AC


 Kirana 14.0 Single - Positif  DC


 Meg Pro  15.4 Single - Positif DC


 Tiger 2000 / Phantom 24.0 Single - Positif AC


 Kharisma / CS1 38.0 Single - Positif DC


 Sonic 125 / CBR38.0  Single -Negatif DC


 Vario / Click 38.0 Single - Positif DC


 Beat 38.0 Single - Positif DC
 2 Yamaha Vega-R / F1ZR 57.5 Double - Positif AC


 Jupiter-Z / Mio / Nouvo 57.5Double - Positif  DC


 RX King
 Single - Positif AC


 Jupiter MX57.5 Double - Positif DC
 3 Suzuki Shogun 11014.0  Single - Positif DC


 Smash 11016.0 Double - Positif DC


 Shogun 12530.0  Single - Positif DC


 Satria 120 R30.0Double - Positif  DC


 Satria 150 F39.0  Double - Positif DC


 Spin / Sky Wave41.7Single -Negatif  DC


 Thunder 12547.0 Single - Positif DC


 Thunder 25070.7 Single - Positif DC
 4 Bajaj Pulsar 180 / 200 44.0 Single - Positif AC












 5 Kawasaki  KZX 130 38.0 Single - Positif DC


 Kaze R 12.0 Single - Positif AC


 Ninja RR 9.0 Single - Positif DC

Aplikasi Ground Strap pada Koil Pengapian


Pada kebanyakan koil pengapian motor racing dilengkapi dengan “ground strap“, yaitu serat logam yang membungkus kabel. Tujuannya, meredam distorsi atau frekuensi-frekuensi liar listrik sepanjang kabel busi, sehingga api busi lebih terfokus. Sama halnya pada kabel data seperti kabel USB, kabel sinyal monitor, juga kabel sinyal TV, dsb, selalu dilengkapi ground strap.
Saya sendiri nggak sebegitu yakin, mengingat listrik yang dikeluarkan oleh koil pengapian merupakan listrik bertegangan sangat tinggi, hingga puluhan ribu volt! Apakah cukup pengaruh keberadaan ground strap? Beda dengan sinyal data USB atau TV yang bertegangan rendah yang masih mungkin mengalir melenceng ke sana kemari :D
Tapi nggak ada ruginya tuk dicoba … toh nggak ada efek samping yang cukup merugikan :D
Lantas, apakah koil standar bawaan motor atau koil-koil murah bisa dipasangi ground strap? Bisa!
Materialnya cukup mudah didapat. Ground strap bisa dibeli di toko-toko listrik/teknik. Mahal? Iya :D Mau lebih murah, cari kabel sinyal TV bekas … 20cm udah cukup. Kupas kulit kabel dan ambil ground strap-nya.
Sementara Anda mencari kabel bekas yang mengandung ground strap, saya cukup pakai ini aja:
gb1. Kabel ground strap buatan 3M Scotch
Ground strap ini berbahan tembaga berlapis timah yang umum digunakan oleh instansi kelistrikan di perusahaan :)
Oke, setelah Anda mendapatkan ground strap secukupnya, bungkus sepanjangan kabel busi dengan ground strap tersebut … serapat & serapi mungkin.
gb2. Membungkus kabel busi dengan ground strap
Lebihkan ground strap di dekat koil untuk dipasangi skun kabel. Saya saranin skun kabel model O-Ring agar mudah dibaut/disekrup.
Setelah terbungkus ground strap,  tutup/lapisi lagi dengan pembungkus kabel. Saya sendiri menggunakan heat shrink tube atau selang bakar ukuran 7mm karena lebih mudah digunakan dan lebih rapi :)
gb3. Lapisi ground strap dengan selang bakar
Jika Anda ikut menggunakan selang bakar, selanjutnya Anda cukup memanasi selang tersebut dengan korek api atau hot air gun. Ingat, dipanasi, bukan dibakar! Cukup sampai selang mengkerut rapat ke kabel busi.
gb4. Ground strap terbungkus & diberi skun kabel
Sementara sisa ujung ground strap tadi diberi skun kabel model O-ring (lihat gambar 4 di atas). Jangan lupa lapisi pula dengan pembungkus kabel atau selang bakar agar lebih rapi.
Setelah selesai, install kembali koil ke motor. Skun kabel ground strap dihubungkan ke rangka/ground.
gb5. Ground strap dihubungkan ke ground/rangka
Selesai!